Berikut ini profil kapal penyelamat Tan Suo 2, kapal milik China yang terlibat dalam upaya mengangkat kapal selam KRI Nanggala 402. Upaya mengangkat bangkai KRI Nanggala 402 yang tenggelam di kedalaman 838 meter perairan utara Bali dilakukan oleh TNI AL dengan dibantu sejumlah negara. Salah satu negara yang membantu yaitu China.
Negeri Tirai Bambu ini menurunkan tiga kapal penyelamat, salah satunya adalah kapal Tan Suo 2. Kapal ini tiba di perairan Indonesia pada akhir April lalu. Pada upaya pengangkatan bagian KRI Nanggala 402 beberapa hari lalu, kapal Tan Suo 2 hampir mengangkat bagian sail atau anjungan dari KRI Nanggala 402.
Namun, upaya ini belum berhasil dilakukan. "Sudah beberapa kali Tan Suo 2 mencoba melakukan pengangkatan sail atau anjungan. Mereka memperkirakan bahwa beratnya anjungan lebih kurang 18 ton. Diangkat dengan menggunakan slink ternyata tidak mampu, putus, sehingga mereka mengkalkulasi ulang," kata Panglima Komando Armada II (Pangkoarmada II) TNI AL, Laksda TNI Iwan Isnurwanto dalam jumpa pers, Selasa (18/5/2021), dikutip dari Youtube KompasTV. Lantas, apa kelebihan kapal ini sehingga ikut diturunkan dalam evakuasi KRI Nanggala 402?
Berdasar rilis dari TNI AL, kapal Tan Suo 2 memiliki panjang 87,2 meter, lebar 18 meter dan tinggi 7 meter. Sementara dikutip dari Chinadaily, kapal Tan Tuo 2 memiliki mesin utama bertenaga 12.000 kuda. Kapal ini dilengkapi dengan kapal selam mini berawak, Shenhai Yongshi, yang mampu menyelam hingga kedalaman 4.500 meter.
Tan Suo 2 membawa kapal submersible Fendouzhe yang mampu menyelam hingga kedalaman 10.000 meter dan kapal submersible Shenhai Yongshi yang mampu menyelam hingga kedalaman 4.500 meter. Selain itu, Tan Suo 2 dilengkapi sejumlah laboratorium, pusat pengolahan data dan informasi, serta peralatan lainnya. Tak hanya berfungsi sebagai pangkalan untuk kapal selam dan ekspedisi laut dalam, kapal ini juga difungsikan untuk keperluan teknik lainnya.
Ada 60 awak, yang mana 39 di antaranya merupakan peneliti dari berbagai bidang. Pada 2016, kapal ini memulai pelayarannya. Selama 52 hari, Tan Suo 2 melakukan 84 proyek penelitian di Palung Mariana, palung terdalam di dunia.
Diberitakan sebelumnya, tim evakuasi berhasil mengangkat sejumlah bagian KRI Nanggala 402. Panglima Komando Armada II (Pangkoarmada II) TNI AL, Laksda TNI Iwan Isnurwanto mengatakan bagian bagian kapal KRI Nanggala 402 yang berhasil diangkat di antaranya antena sm, pelindung kabel torpedo, plat badan luar, hidrofon prs, technical handbook hingga manual. "Barang barang apa yang sudah kita ambil? Ini sudah kita display beberapa mulai dari antena esm, kemudian pelindung kabel torpedo," kata Laksda TNI Iwan Isnurwanto dalam jumpa pers, Selasa (18/5/2021), dikutip dari Youtube KompasTV.
Setelah berhasil mengangkat bagian bagian KRI Nanggala, Iwan Isnurwanto menyatakan pihaknya bakal mengupayakan pengangkatan bagian bagian besar dari KRI Nanggala 402. Sementara untuk lokasi badan kapal KRI Nanggala 402, sejauh ini juga belum bisa dipastikan. "Secara pasti belum dapat digambarkan," tutur Iwan.
Diketahui, KRI Nanggala 402 yang hilang kontak di perairan utara Bali pada Rabu (21/4/2021) saat melakukan latihan. Setelah empat hari pencarian, KRI Nanggala dinyatakan tenggelam dan seluruh awaknya berjumlah 53 personil dinyatakan gugur. Kapal selam buatan Jerman itu jatuh di kedalaman 838 meter.
Laksda TNI Iwan Isnurwanto kemudian menjelaskan mengapa bagian bagian KRI Nanggala 402 terlepas dari badan kapal dan kemudian berhasil diangkat oleh tim evakuasi. Iwan menyatakan, saat tenggelam di kedalaman 838 meter, KRI Nanggala mengalami deformasi bentuk. Iwan kemudian menjelaskan apa yang dimaksud dengan deformasi bentuk.
Menurut Iwan, kapal selam di dunia hanya mampu menyelam hingga kedalaman 500 meter. Saat kapal selam berada di kedalaman lebih dari kemampuan yang diizinkan, maka kapal itu mengalami deformasi bentuk. "Kpal selam di dunia maksimal 500 meter untuk posisi yang tidak diizinkan menyelam lagi. Jadi kalau lebih 500 meter dia akan mengalami deformasi. apa deformasi? Misal ini aqua, ia langsung kayak kerupuk," kata Iwan.
Iwan kemudian menjelaskan mengapa KRI Nanggala pecah menjadi bagian bagian kecil. Diterangkannya, berat KRI Nanggal mencapai 1300 ton. Apabila terisi air, beratnya bisa mencapai 1450 ton.
Kondisi itu ditambah dengan posisi di kedalaman yang melebihi batas kemampuan serta kecepatan saat kapal terjatuh. "Mengapa kok sampai terjadi pecahan pecahan begini? Ingat beratnya (KRI Nanggala 402) adalah 1300 ton. Kalau diisi penuh dengan air dan lain lain itu kurang lebih 1450 ton, dengan kecepatan yang ada, bisa 10 meter per detik." "Setelah 300 meter, 400 meter ia akan mengalmi deformasi bentuk. Bayangkan kalau dia menghujam ke bawah, kira kira gimana? dengan kedalamn 830 dan kecepatan anggaplah 10 meter pe detik , kira kira gimana," beber Iwan memberi gambaran.
Karena mengalami deformasi, lanjut Iwan, bagian bagian kapal pun akhirnya terlepas. "Kalau deformasi, dia akan meledak. Bagiannya bisa lepas , dia akan mengkerut. Ini terjadi pada kapal kita (KRI Nanggala 402, ). Sudah kecepatan tinggi, deformasi, kena dasar laut, maka akan terjadi pecahan pecahan seperti ini," pungkasnya.